Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
(Imam Syafi’i).
“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.
(Abu Bakar As Shiddiq RA).
Di Nur Hikmah, pendidikan tidak hanya dipahami sebagai proses transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai perjalanan membentuk pribadi yang utuh. Karena itu, setiap langkah pembelajaran senantiasa ditopang oleh nilai-nilai keislaman yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini bukan sekadar tambahan, melainkan menjadi ruh yang menghidupkan seluruh aktivitas belajar, membimbing peserta didik agar tumbuh dengan kecerdasan, akhlak, dan kepekaan sosial.
Integrasi keislaman yang kami terapkan hadir sebagai benang merah yang menghubungkan ilmu, karakter, dan spiritualitas. Ia menjadi fondasi yang meneguhkan visi besar Nur Hikmah: melahirkan generasi beriman, berilmu, dan beramal.
Dari sinilah lahir nilai-nilai yang kami junjung tinggi dan terus kami aktualisasikan dalam setiap ruang belajar, interaksi, dan karya nyata.
Inilah alasan mengapa integrasi keislaman tidak berhenti pada teori, melainkan hadir dalam praktik nyata yang membentuk budaya sekolah. Dari sinilah lahir nilai-nilai yang kami junjung tinggi dan terus kami aktualisasikan dalam setiap ruang belajar, interaksi, dan karya nyata, di antaranya:
1. Pembelajaran Al-Qur’an Metode UMMI
Al-Qur’an adalah pondasi utama pendidikan di Nur Hikmah. Karena itu, sejak awal berdirinya, Nur Hikmah mendapat kehormatan menjadi sekolah laboratorium pertama penerapan Metode UMMI, sebuah metode pembelajaran Al-Qur’an yang sederhana, menyenangkan, dan menyentuh hati.
Komitmen ini tercermin dari penjadwalan khusus pembelajaran Al-Qur’an yang dilakukan setiap pagi dengan sistem bertingkat. Siswa kelas rendah memulai lebih awal, kemudian berlanjut hingga ke jenjang lebih tinggi, dan berakhir menjelang Zuhur di kelas 6, kelas 9, serta kelas 12. Dengan demikian, dari TK hingga SMA, lantunan ayat Al-Qur’an terus bergema dan mengisi suasana sekolah setiap harinya.
Bagi Nur Hikmah, hal ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bukti nyata komitmen utama kami pada Al-Qur’an. Dengan Metode UMMI, peserta didik dibimbing agar mampu membaca dengan tartil, menghafal dengan baik, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai cahaya yang menuntun langkah hidup mereka.
2. Sholat Sunnah Dhuha
Sholat Sunnah Dhuha menjadi salah satu pembiasaan yang ditanamkan di Nur Hikmah sebagai bagian dari pembentukan karakter islami peserta didik. Setelah melalui rangkaian pelajaran di pagi hari, siswa diarahkan untuk melaksanakan sholat Dhuha secara mandiri di kelas masing-masing. Pembiasaan ini melatih mereka untuk menjaga kedekatan dengan Allah, menumbuhkan rasa syukur, serta membiasakan diri mencari keberkahan dalam setiap aktivitas.
Budaya Sholat Dhuha ini menjadi bukti bahwa Nur Hikmah tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga memperhatikan pembentukan spiritualitas peserta didik. Dengan melaksanakan sholat Dhuha secara rutin, siswa terbiasa menyandarkan segala ikhtiar belajarnya kepada Allah, sehingga ilmu yang diperoleh lebih bermakna dan membekas dalam kehidupan mereka.
3. Pendampingan Sholat Wajib Zuhur dan Ashar
Sholat wajib berjamaah menjadi perhatian utama dalam budaya sekolah Nur Hikmah. Setiap siswa didampingi agar melaksanakan sholat Zuhur dan Ashar tepat waktu, tanpa menunda atau menyepelekan. Di Nur Hikmah, keterlambatan (masbuk) dalam sholat berjamaah dipandang sebagai masalah yang harus diperbaiki, karena kedisiplinan dalam ibadah mencerminkan kesungguhan dalam menjaga perintah Allah.
Pendampingan ini tidak hanya bersifat pengawasan, tetapi juga pendidikan karakter. Guru dan pembimbing hadir untuk memastikan seluruh siswa menjalankan sholat dengan tertib, sekaligus menanamkan kesadaran bahwa meninggalkan sholat berjamaah atau melakukannya dengan lalai adalah sikap yang merugikan diri sendiri. Dengan cara ini, Nur Hikmah menegaskan bahwa keberhasilan pendidikan tidak terpisah dari ketekunan menjaga ibadah wajib.
4. Shaum Sunnah Kamis
Di jenjang SMP dan SMA, Nur Hikmah menumbuhkan tradisi mulia berupa shaum sunnah setiap hari Kamis. Kegiatan ini bukan sekadar latihan menahan lapar dan dahaga, melainkan pembiasaan untuk melatih pengendalian diri, keikhlasan, dan kekuatan spiritual. Dengan berpuasa, peserta didik diajak merasakan langsung nilai kesabaran sekaligus kepekaan terhadap sesama.
Pembiasaan shaum sunnah ini menjadi bagian penting dari integrasi keislaman di Nur Hikmah. Siswa tidak hanya diarahkan untuk melaksanakan ibadah secara pribadi, tetapi juga menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ dalam kehidupan sehari-hari. Melalui puasa Kamis, diharapkan lahir generasi yang terbiasa berdisiplin, memiliki empati sosial, dan menjadikan ibadah sebagai landasan dalam setiap aktivitasnya.
5. Mata Pelajaran yang terintegrasi Keislaman
Di Nur Hikmah, setiap mata pelajaran tidak berdiri sendiri sebagai kumpulan teori, melainkan dipadukan dengan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan hidup. Sains, matematika, bahasa, hingga ilmu sosial diarahkan agar peserta didik melihat kebesaran Allah melalui ilmu pengetahuan. Dengan cara ini, pembelajaran tidak hanya menghasilkan kecerdasan kognitif, tetapi juga menumbuhkan kesadaran spiritual.
Integrasi nilai Islam dalam mata pelajaran bertujuan membangun pandangan hidup Islami pada diri siswa. Mereka dibimbing untuk memahami bahwa semua ilmu berasal dari Allah dan harus kembali untuk kemaslahatan. Dengan demikian, setiap pembelajaran menjadi sarana ibadah dan bekal membentuk generasi beriman, berilmu, dan beramal saleh.
6. Budaya Khatmul Qur’an dan Tasmi’ Qur’an
Sebagai bagian dari komitmen kuat terhadap Al-Qur’an, Nur Hikmah membangun tradisi khatmul Qur’an dan tasmi’ Qur’an yang rutin dilaksanakan. Kegiatan ini menjadi momentum bagi peserta didik untuk meneguhkan kecintaan kepada Kitabullah, sekaligus mengukur capaian hafalan yang telah mereka pelajari dengan Metode UMMI.
Budaya ini melatih siswa untuk tampil percaya diri, disiplin, dan bertanggung jawab dalam menjaga hafalan Al-Qur’an. Lebih dari itu, suasana khidmat dalam khatmul dan tasmi’ Qur’an menghadirkan keberkahan tersendiri bagi seluruh warga sekolah, menjadikan Nur Hikmah bukan hanya tempat menuntut ilmu, tetapi juga pusat pembinaan generasi Qur’ani yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.
7. Pembiasaan Mengucapkan Salam
Salah satu budaya yang dijaga di Nur Hikmah adalah pembiasaan mengucapkan salam dalam setiap pertemuan. Salam bukan sekadar sapaan, tetapi doa yang mengandung harapan keselamatan, rahmat, dan keberkahan bagi sesama. Dengan membiasakan salam, peserta didik diajarkan untuk memulai interaksi dengan akhlak mulia sekaligus mempererat ukhuwah islamiyah di lingkungan sekolah.
Kebiasaan sederhana ini menjadi bagian penting dari integrasi keislaman, karena menanamkan nilai hormat, kerendahan hati, dan kepedulian. Dari salam yang terucap, tumbuhlah suasana hangat dan penuh keberkahan, menjadikan Nur Hikmah bukan hanya tempat belajar ilmu, tetapi juga ruang pembinaan karakter islami dalam keseharian.
8. 30 Menit Tahfidz Quran pagi
Di jenjang SDIT, Nur Hikmah menanamkan tradisi tahfiz Qur’an sebagai bagian penting dari keseharian siswa. Setiap pagi, sebelum pelajaran dimulai, peserta didik meluangkan waktu khusus selama 30 menit untuk menghafal Al-Qur’an secara terarah. Kegiatan ini tidak hanya menambah hafalan, tetapi juga membiasakan anak-anak memulai hari dengan ayat-ayat Allah yang menenangkan hati.
Pembiasaan tahfiz Qur’an sejak dini menjadi pondasi kuat dalam membangun generasi Qur’ani. Dengan pendekatan yang bertahap dan penuh kesabaran, siswa diarahkan agar hafalan mereka terjaga sekaligus tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Inilah wujud nyata komitmen Nur Hikmah dalam mengintegrasikan pendidikan umum dengan kekuatan spiritual yang bersumber dari Al-Qur’an.
9. Mentoring Keislaman/Guru Wali
Mentoring keislaman merupakan salah satu program khas di Nur Hikmah yang dirancang untuk membimbing siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara lebih personal. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan dalam kelompok kecil, dipandu oleh guru atau pembina, sehingga tercipta suasana hangat, akrab, dan penuh keteladanan.
Dalam mentoring, siswa tidak hanya mendapatkan materi keislaman, tetapi juga diarahkan untuk mendiskusikan permasalahan sehari-hari, mengasah kepekaan sosial, serta menumbuhkan semangat beribadah. Program ini menjadi ruang pembinaan karakter islami yang berkesinambungan, membentuk pribadi peserta didik agar tumbuh dengan aqidah yang kokoh, akhlak yang mulia, serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
10. Pelaksanaan Kegiatan PHBI
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) menjadi bagian penting dari tradisi keislaman di Nur Hikmah. Melalui kegiatan ini, peserta didik diajak untuk mengenang peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam, sekaligus mengambil hikmah dan teladan dari perjalanan Rasulullah ﷺ serta para sahabat. PHBI di Nur Hikmah dikemas dengan beragam kegiatan edukatif, seperti tabligh akbar, perlombaan bernuansa islami, hingga pentas seni yang menumbuhkan kebanggaan terhadap identitas keislaman.
Selain memperkuat pemahaman sejarah Islam, PHBI juga berfungsi sebagai sarana pembentukan karakter. Siswa dibiasakan untuk menghargai nilai-nilai perjuangan, pengorbanan, dan keteladanan tokoh-tokoh Islam. Dengan demikian, pelaksanaan PHBI di Nur Hikmah tidak hanya menjadi perayaan seremonial, tetapi juga momentum pembinaan spiritual dan moral yang memperkaya integrasi keislaman di sekolah.
12. Tahajjud Call
Salah satu program unggulan di Nur Hikmah adalah Tahajjud Call, yaitu gerakan membangunkan siswa untuk melaksanakan sholat tahajjud di rumah masing-masing. Program ini dilaksanakan melalui pengingat atau panggilan (call) dari guru maupun pembina, sehingga siswa terbiasa bangun di sepertiga malam terakhir.
Melalui Tahajjud Call, peserta didik dilatih untuk menumbuhkan kedekatan personal dengan Allah, membiasakan diri berdoa, bermuhasabah, dan memohon pertolongan-Nya di waktu yang penuh keberkahan. Program ini menjadi bagian dari upaya Nur Hikmah menanamkan kesadaran bahwa ibadah bukan hanya dilaksanakan di sekolah, tetapi juga harus terjaga di rumah dan menjadi gaya hidup sehari-hari.
13. berinfak di hari Jumat
Setiap hari Jumat, Nur Hikmah membiasakan seluruh peserta didik untuk berinfak sesuai kemampuan mereka. Kegiatan ini bukan hanya melatih keikhlasan dalam berbagi, tetapi juga menumbuhkan jiwa kepedulian sosial sejak dini. Dengan infak yang dikumpulkan, siswa diajak memahami bahwa harta yang dimiliki bukan sekadar untuk diri sendiri, melainkan ada hak orang lain yang harus ditunaikan.
Budaya Infak Jumat ini menjadi sarana nyata dalam menanamkan nilai kedermawanan dan solidaritas di lingkungan sekolah. Selain memperkuat integrasi keislaman, kegiatan ini juga mengajarkan siswa bahwa amal kecil yang dilakukan dengan istiqamah akan membawa keberkahan besar, baik bagi pribadi maupun masyarakat.
Penutup
Seluruh rangkaian kegiatan di lingkungan Nur Hikmah pada hakikatnya memiliki muatan keislaman yang kuat. Mulai dari pembelajaran Al-Qur’an, pembiasaan ibadah sunnah, pendampingan sholat wajib, mentoring, hingga berbagai kegiatan sosial dan peringatan hari besar Islam—semuanya dirancang bukan hanya sebagai aktivitas rutin, tetapi sebagai bagian dari pembentukan karakter Islami peserta didik.
Hal ini menjadi ciri khas dan nilai utama Nur Hikmah: menjadikan Islam bukan sekadar pelajaran di kelas, melainkan ruh yang menghidupkan seluruh budaya sekolah. Dengan demikian, Nur Hikmah hadir sebagai lingkungan pendidikan yang menumbuhkan generasi beriman, berilmu, dan beramal saleh, serta siap memberi kontribusi terbaik bagi umat dan bangsa.