Skip to content
Ilmu Itu lebih baik dari kekayaan, karena kekayaan itu harus dijaga, sedangkan ilmu itu menjaga kamu.

(Ali Bin Abi Thalib).

Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.

(Imam Syafi’i).

Suatu pengetahuan (ilmu) jika tidak manfaat untukmu, maka tidak akan membahayakanmu.

(Umar Bin Khathab).

“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.

(Abu Bakar As Shiddiq RA).

Istilah Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr, Sama?

By | Published | No Comments

Nuzulul Quran berasal dari kata “Nuzul” (nazala) yang artinya turun dan Al Quran yang artinya Kitab Al Qur’an sehingga frasa ini diartikan sebagai proses turunnya Al Quran. Nuzulul Quran dipercayai oleh beberapa kalangan ulama di tanggal 17 Ramadhan. Sedangkan lailatul Qadar merupakan sebuah malam kemuliaan yang Allah telah suratkan di dalam firman-Nya Surat Al Qadr ayat 1, “Sesungguhnya kami turunkan (Al Quran) pada malam Al Qadr (kemuliaan)“. Jadi, jika Lailatul Qadr adalah momen turunnya Al Quran dan Nuzulul Qur’an sebagai peristiwa turunnya Al Quran di tanggal 17 Ramadhan, apakah artinya Lailatul Qadr itu pada tanggal 17 Ramadhan? Bukankan Lailatul Qadr pada 10 malam terakhir Bulan Ramadhan (21-30) ?.

Pembahasan Nuzulul Quran dan Lailatul Qadr merupakan diskursus yang telah di bahas lama oleh para ulama ulama besar. Kita dapat melihat riwayat catatan kegemilangan pemikiran mereka semua secara lengkap pada karya-karya fenomenal mereka. Pembahasan ini juga masuk ke dalam salah satu disiplin Ilmu yang bernama “Ulumul Qur’an” sebuah disiplin yang mempelajari pengetahuan tentang Al Qur’an. Bagi santri tingkat menengah atau mahasiswa ushuluddin semester awal mungkin tidak akan terlewatkan pembahasan menarik ini.

Mengharapkan penulis menjelaskan secara gamblang dan luas pada tulisan kali ini adalah sebuah hal yang sulit terwujud. Selain karena ruang dan waktu yang terbatas, juga disebabkan kemampuan penulis yang memang tidak terlalu mendalam. Pembahasan kali ini penulis hanya akan mengambil satu pendapat dari pendapat lainnya yang tak kalah menarik. Penulis mengambil pendapat dari kitab yang masyhur dikalangan pesantren dan mahasiswa ushuluddin, yaitu At Tibyan Fi Ulumil Quran karya Shaikh Muhammad Ali Shabuni. Karena menurut penulis kitab ini menerangkan kronologis turunnya Al Qur’an dengan cara yang sederhana, sehingga mudah untuk diuraikan.

Proses turunnya Al Qur’an memiliki dua tahapan:

  1. Turunnya Al Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia.
  2. Turunnya Al Qur’an dari Baitul Izzah di langit dunia kepada Nabi Muhammad SAW.

Inzalul Awwal (Penurunan Pertama) : Turunnya Al Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah

Proses penurunan ini Al Quran turun dalam bentuk sekaligus tanpa berangsur dari Lauhil Mahfudz ke langit dunia yang disebut sebagai Baitul Izzah. Terjadi dalam satu malam Al Qur’an seluruhnya diturunkan. Peristiwa ini terjadi di satu malam Bulan Ramadhan. Malam ini disebut sebagai Lailatur Qadr. Tidak pernah disebutkan secara sharih (Jelas) pada malam keberapa tepatnya. Namun sesuai dengan Hadits-Hadits tentang lailatul Qadr bisa diambil kesimpulan di sepuluh malam terakhir dan di hari ganjilnya sesuai dengan hadits yang masyhur kita ketahui dari Aisyah radhiyallahu anha : “Berburulah malam lailatul Qadr disepuluh terakhir malam Ramadhan pada hari ganjilnya“. Namun tentu saja pendapat ini tidaklah sendiri. Ada banyak pendapat lain yang mengemukakan hal berbeda.

Dalil atas penurunan yang pertama ini di beberapa ayat dalam Al Qur’an dengan redaksi kata “Anzala/unzila” yang berarti turun dengan sekali penurunan. Seperti dalam

  1. Surat Al Qadr Ayat 1 : “Sesungguhnya kami turunkan (Al Quran) pada malam Al Qadr (kemuliaan)
  2. Surat Ad Dukhan ayat 3 : “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan“.
  3. Surat Al Baqarah ayat 185 : “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran…

Ayat tersebut menggunakan kata Anzala atau Unzila (pasif) yang menurut kaidah tata bahasa arab berarti turun dengan sekali penurunan (tidak berkali-kali).

Tanziluts Tsani (Penurunan Kedua) : Turunnya Al Quran dari Baitul Izzah ke hati Nabi Muhammad SAW

Penurunan kedua ini penurunan dari Baitul Izzah di langit dunia ke hati Nabi Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril. Turun pertama kali yaitu surat Al Alaq Ayat 1-5 ketika Nabi bertahannuts di gua Hira. Bertepatan dengan 17 Ramadhan. Penurunan ini secara berangsur-angsur selama 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Turun di bulan Ramadhan dan bulan selain Ramadhan. Penurunan ini disebut sebagai Nuzulul Qur’an.

Dalil Al Qur’an yang menunjukan hal tersebut adalah :

  1. Surat Al Isra ayat 106 : “Dan Alquran (kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap“.
  2. Surat Al Furqan ayat 32 : “Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar)“.

Pada ayat-ayat tersebut Allah menggunakan pilihan kata “nazzala” yang artinya turun. dan menurut kaidah ilmu sharf (salah satu ilmu tata bahasa arab untuk mengetahui perubahan kata dan turunannya) kata “nazzala” dengan tasydid di tengahnya memiliki makna pekerjaan dilakukan berulang atau menunjukan penekanan.

Dari uraian singkat tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perbedaan antara istilah “Nuzulul Quran” dan “Lailatul Qadr” adalah terletak pada urutan penurunan pertama dan kedua. Lailatul Qadr merupakan malam kemuliaan yang tidak disembunyikan oleh Allah yang bertepatan dengan proses turunnya Al Qur’an untuk pertama secara sekaligus. Sementara Istilah Nuzulul Quran yang diperingati mayoritas di Indonesia merupakan penurunan kedua dari langit dunia ke hati Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Pertama kali turun di bulan Ramadhan, dan sebagian ulama meyakini itu bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan.

Demikianlah uraian salah satu pendapat tentang peristiwa turunnya Al Qur’an yang terdapat dalam kitab At Tibyan Fi Ulumil Quran karya Shaikh Muhammad Ali Shabuni. Perbedaan hal tersebut adalah sebuah kekayaan pemikiran-pemikiran para Ulama yang nikmat untuk dibaca. Jangan dijadikan bahan pembahasan perdebatan yang tidak ada habisnya. Sehingga dapat menghilangkan esensi Ibadah Ramadhan yang sesungguhnya hal yang utama.

Wallahu a’lam bishawab.