Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
(Imam Syafi’i).
“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.
(Abu Bakar As Shiddiq RA).
By LPI nurhikmah | Published | No Comments
Allah menurunkan Al Qur’an ke hati Nabi Muhammad SAW secara “munajjaman” berangsur-angsur selama masa kenabian 23 tahun. 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Sebagai sebuah “dustur” undang-undang bagi kehidupan manusia dan pembeda antara yang haq dan batil. Berbeda dengan kitab-kitab yang lain, Al Quran diturunkan dengan cara berangsur-angsur selama 23 tahun masa kenabian Nabi Muhammad SAW.
Penurunan Al Quran secara berangsur-angsur (mufarraqan) ini memiliki hikmah yang banyak. Terdapat “sirr” rahasia keutamaan yang yang perlu kita ketahui sebagai seorang muslim yang mencintai Al Quran di dalam hidup kita. Berikut akan penulis uraikan secara singkat kepada pembaca sekalian.
Hikmah turunnya Al Quran secara berangsur-angsur:
Pertama : Untuk menguatkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW
Dalil atas hikmah ini terdapat di dalam surat Al Furqan ayat 32. Ayat ini turun atas pertanyaan orang-orang kafir mengapa Al Quran tidak diturunkan secara sekaligus. Al Furqan Ayat 32 :
“Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur angsur, perlahan, dan benar).“
Memperteguh hati nabi merupakan bentuk penjagaan dari Allah atas permusuhan dari kaum kafir Quraisy saat itu.
Kedua : Berlemah lembut kepada hati Nabi Muhammad SAW ketika penurunan wahyu
Berlemah lembut ini merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada Nabi Muhammad SAW, karena ayat-ayat Allah yang diturunkan itu sangatlah berat bagi Nabi Muhammad untuk menerimanya. Hl tersebut tercermin dalam Surat Al Muzammil ayat 5 yang artinya :
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.“
Al Quran adalah wahyu Allah yang memiliki kewibawaan dan tugas yang berat dari Allah SWT. Diumpamakan jika seandainya Al Quran ini turun kepada gunung maka akan hancur karena takut kepada Allah, seperti yang terdapat di dalam surat Al Hasr ayat 21 yang artinya :
“Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.“
Syeikh Muhammad Ali Shabuni mengungkapkan, bagaimana jika Al Quran turun sekaligus kepada hati Nabi Muhammad yang lembut secara langsung? maka penurunan secara berangsur-angsur ini bertujuan untuk berlemah-lembut saat penurunan wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Ketiga : Penetapan Syariat Secara Bertahap
Kita telah ketahui bahwa wahyu Allah yang diemban penyampaiannya oleh Nabi Muhammad sangatlah berat. Berat ini bisa kita maknai secara lughawi dan maknawi. Berat yang dimaksud bisa berupa tanggung jawab yang sangat berat yang diemban Nabi Muhammad untuk penerapan dan penyampaiannya. Oleh karena itu, Allah menurunkan secara bertahap agar aplikasinya dapat dibuat secara perlahan. Seperti pada ibadah dimulai dengan perintah shalat sebelum hijrah, kemudian puasa, perintah zakat pada tahun kedua setelah hijrah, diakhiri dengan perintah haji di tahun keenam setelah hijrah. Begitu pula dalam pengharaman khamr, riba, dan judi yang saat itu masih menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.
Keempat : Memudahkan dalam menghafal dan memahami serta mentadabburinya
Seperti yang kita ketahui dari sejarah, bahwa bangsa Arab saat itu masih “umiyyiin” tidak bisa baca dan tulis. Hal tersebut disuratkan Allah dalam Al Quran Surat Al Jumu’ah ayat 2 yang artinya :
“Dialah yang mengutus seorang Rasul (Nabi Muhammad) kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.“
Turunnya Al Quran secara berangsur merupakan sebuah kemudahan yang Allah berikan agar kaum muslimin mudah menghafalkannya dan memahaminya.
Kelima : Menyesuaikan dengan kejadian dan peristiwa
Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar wahyu yang isinya perintah dan larangan menjadi sesuai dengan kejadian dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, sehingga memberikan solusi dan petunjuk yang relevan. Hal ini menjadikan Nabi Muhammad dengan mudah menyampaikan jika terjadi kesalahan yang terjadi terhadap masyarakat saat itu.
Keenam : Sebagai bukti dan petunjuk bahwa Al Quran adalah kalam Allah
Turunnya Al Quran secara berangsur untuk menunjukan bahwa Al Quran ini bukanlah perkataan Nabi Muhammad SAW melainkan langsung dari Allah SWT. Hal tersebut juga menunjukan mukjizat Al Quran yang diturunkan bertahap namun ketika menjadi sebuah surat dapat dilihat sistematis penyusunannya. Amat sangat mustahil bila dibuat oleh seorang manusia dapat membuat wahyu yang bertahap penurunannya, namun sangat sistematis dan indah susunannya.
Demikian penulis sampaikan hikmah dan rahasia di balik penurunan Al Quran secara berangsur-angsur. Mudah-mudahan pembaca sekalian mendapat manfaat dari bacaan tersebut. sehingga dapat meningkatkan kecintaan dan pengetahuan kita terhadap Al Quran kalamullah.
Referensi