Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
(Imam Syafi’i).
“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.
(Abu Bakar As Shiddiq RA).
By LPI nurhikmah | Published | No Comments
26 Februari 2021, Lingkungan Pendidikan Nur Hikmah yang terdiri dari Unit KB,TK, SDIT dan SMPIT Nur Hikmah seperti biasa mengadakan sholat Jumat bagi guru dan pegawai Ikhwan. Khutbah dan imam kali ini di isi oleh ustadz Ahmad rifa’i yang juga adalah guru Al Islam di Unit SDIT Nur Hikmah dan sebagai walas kelas 4 Thalhah bin Ubaidillah
Ustadz Rifa’I dalam khutbah singkatnya memaparkan tentang siroh shahabat Nabi Syu’ban RA, Sosok Sya’ban memang patut menjadi teladan karena kegigihannya menjalankan shalat subuh berjamaah. Meskipun jarak dari rumah ke masjid harus ditempuhnya selama tiga jam perjalanan.
Jarak yang jauh menuju masjid tak melunturkan semangat Sya’ban untuk melakukan shalat subuh berjamaah. Ia selalu hadir lebih awal sebelum adzan subuh dikumandangkan. Bahkan, kebiasaan unik yang selalu ia lakukan setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai adalah beritikaf dipojok depan masjid. Sya’ban mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai Rasulullah mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Rasul kemudian bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.
Sholat subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang.Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA. Namun tak ada seorangpun yang menjawab .Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA.
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA. RasululLah khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA, untuk itu beliau kemudian meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.
Sesampainya dirumha sya’ban, istri Sya’banlah yang menyambut kedatangan rasul beserta rombongan. “Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?”.Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:“ Beliau telah meninggal tadi pagi”InnaliLahi wainna ilaihirojiun. Rupanya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya.
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam. “ Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing – masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”. “Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam .
Ketika Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut, ia berteriak, Dia melihat seperti apa bentuk sorga ganjarannya. Berikutnya Sya’ban RA ditampakkan gambaran saat ia akan berangkat sholat berjamaah di masjid yang berjarak cukup jauh dari rumahnya.
Di masing – masing teriakannya dia berucap kalimat. “ Aduh kenapa tidak lebih jauh……”Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.
Tak lama ia kembali berteriak, “Aduh kenapa tidak yang baru…“Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA. Ditampakkan sebuah kejadian dimana saat ia membuka pintu berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia bertemu seseorang yang terbaring kedinginan.
Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama – sama ke masjid melakukan sholat berjamaah. Orang itu terselamatkan dari mati kedinginan dan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi : Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Melalui kisah teladan tersebut, Ustadz Rifai menuturkan hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal dalam mensedekahkan waktu dan hartanya di jalan Allah dan kembali mengingatkan betapa besarnya ganjaran shalat berjamaah, khususnya shalat isya dan subuh. “ Bahkan seandainya bisa dibayangkan besarnya ganjaran shalat subuh dan isya berjamaah, pasti kita akan berbondong-bondong datang ke masjid menjalankannya,” ungkapnya.
Barakallah….