Skip to content
Ilmu Itu lebih baik dari kekayaan, karena kekayaan itu harus dijaga, sedangkan ilmu itu menjaga kamu.

(Ali Bin Abi Thalib).

Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.

(Imam Syafi’i).

Suatu pengetahuan (ilmu) jika tidak manfaat untukmu, maka tidak akan membahayakanmu.

(Umar Bin Khathab).

“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.

(Abu Bakar As Shiddiq RA).

GURU PEJUANG VS GURU PEKERJA

By | Published | No Comments

Syaikh Zarkasih Gotor pernah mengatakan ” orang yang sukses itu adalah bukan yang bekerja di perusahaan, tapi orang menjadi guru diujung gunung ”

Guru adalah profesi mulia, karena guru adalah pondasi masa depan sebuah bangsa. Pondasi adalah bagian terpenting dalam sebuah kontruksi bangunan. Ketika guru adalah pondasi dalam persektif masa depan bangsa, maka disanalah terlihat pentingnya peran seorang guru. Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah. Sepandai apapun seorang anak didik, peran guru tetap sangat penting sebagai pendidik dan pembimbing.

Dewasa ini terdengar istilah guru pejuang dan guru pekerja. Tentu ini kemunculannya bukan tanpa alasan. Dirasakan sadar atau pun tidak bahwa guru selalu menjadi perhatian, minimal buat siswa/i di kelasnya. Disana guru dilihat bagaimana sepak terjang dalam semua aktifitasnya. Semua memahami bahwa antara guru pejuang dan guru pekerja adalah dua hal berbeda dalam pemahamannya.

Guru pejuang merupakan guru yang memang berjuang memaksimalkan potensi seluruh anak didiknya dan tidak hanya sebatas menghabiskan jam mengajar. Sehingga jika dia seorang muslim selain itu semua dia akan mengenalkan dan mendekatkan anak didiknya lebih dekat denga Allah ta ala penciptanya. Ini sosok guru yang diharapkan dalam Islam.

Kemudian guru pekerja adalah guru yang hanya menghabiskan waktunya bersama anak didiknya hanya di jam mengajar (jam kerja), tidak lebih bahkan bisa kurang alias sebelum jam habis guru ini sudah keluar dari kelasnya, sungguh ironis. Bahkan dia tidak mengenalkan dan mendekatkan anak didiknya kepada Allah ta ala, dengan alasan alasan yang dibuatnya. Seperti, itu bukan bidang saya, itu bukan mapel saya, itu bukan bagian tanggung jawab saya, dan lain-lain. Padahal jika dia muslim, dia wajib menyampaikan dan mengingatkan kebaikan kepada orang lain.

Spirit dari surah Al Asr ayat 3 ini sangat jelas perintah tentang menyampaikan dan mengingatkan kebenaran(agama) dan perintah saling menyampaikan dan mengingatkan dalam kesabaran.

Dengan ini mari kita menjadi guru pejuang, karena ini adalah ladang amal jariah yang kelak kita akan memanen hasilnya di akhirat. Guru yang bukan hanya memikirkan anak didik tuntas secara akademik akan tetapi jauh dari itu disempurnakan lebih mengenal Tuhan nya. Semakin banyak anak didik yang kita arah lebih dekat kepada sang pencipta maka semakin besar kita mendapatkan keberkahan hidup dan kebahagian di akhirat.

Kabag Diniyah LPI Nur Hikmah
Ust.Marzuki,S.S.I.,M.MPd