Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat.
Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
(Imam Syafi’i).
“Tanpa pengetahuan, tindakan tidak berguna dan pengetahuan tanpa tindakan adalah sia – sia”.
(Abu Bakar As Shiddiq RA).
By LPI nurhikmah | Published | No Comments
Sudah lazim memang, ketika anak anak alumni dari SDIT, SMPIT Nur Hikmah berkunjung ke sekolah Nur Hikmah. Ya, sekolah ini selalu mempunyai cerita tentang rindu hati para alumni. Baik itu suasana belajar, keramahan guru guru atau alunan irama tilawah Ummi yang sayup sayup membawa mereka pulang kemasa lalu. Tak ada cerita yang lebih dari itu bagi mereka. Ini sekolah yang luar biasa. memang…
Kali ini, yang datang adalah alumni SDIT Nur Hikmah, yang kini sudah semester 3 disalah satu kampus negeri di Turki. Mereka adalah Rere dan Fivi, siswa angkatan ke 3 dari awal sekolah ini berdiri, ketika ruang kelas 6 hanya berisikan 30 orang siswa. Dan kini Nur Hikmah untuk Unit SD telah meluluskan 11 angkatan dengan jumlah Ratusan siswa. Barakallah.
Ketika admin tanya kepada Rere dan Fivi, gerangan apa nih datang ke sekolah, mereka spontan menjawab, sampai kapanpun ini menjadi sekolah kami, sekolah ini bukan hanya rumah belajar bagi kami, tapi juga rumah kami untuk pulang, menyemai semua cerita cerita kecil waktu diruang kelas. Masyaa Allah.
Pada kesempatan kehadiran mereka disini, pintu pertama yang diketuk adalah ruang ustazah Ibad. Ya, ustadzah Ibad adalah wali kelas mereka ketika 9 tahun silam. Dan moment dramatik itu pun terjadi. Bertukar kabar, bertanya tentang iman dan sejauh mana perantauan harapan. Admin jadi terharu ini…
Rere menuturkan, sekarang sudah ngampus di universitas negeri turki, Fivi sekarang mengambil kelas Bisnis manajemen di UNKRIS. Sedangkan Ustadzah Ibad yang dulu walikelas pun sudah menjadi Kepala bagian di SDM, waktu memang cepat berlalu dengan peristiwa peristiwa yang mengikutinya, tapi tidak dengan cinta mereka kepada Nur Hikmah.
Bagaimana tidak, diwaktu sempit kedatangannya ke Indonesia, Rere meluangkan waktu untuk datang kerumah masa kecilnya Nur Hikmah, sedangkan Fivi dengan terharu mengatakan salah satu hal yang paling sulit untuk dilupakan dari Nur Hikmah adalah dorongan dari guru guru untuk mengajak kami sholat tahajjud, tilawah Qur’an dan belajar. Rere menambahkan baginya Nur Hikmah telah memberi peran besar dalam ia mengenal, membaca dan menghafal Qur’an. Oh iya, Rere kini sudah menjadi Hafizh lho…
Disela diskusi ustadzah Ibad mengatakan, dulu Rere ini adalah siswa yang paling rajin sholat tahajjud, sampai sekolah memberikan reward bagi Rere sebagai siswa dengan kategori Ruhiyah terbaik. Ustadzah Ibad masih ingat betul cerita dari ibunda Rere diujung kelulusan Rere dahulu, ketika ibunya bangun jelang shubuh dia sudah mendapati Rere berada diatas sajadah dengan sejuta doa dihadapan Allah. Masyaa Allah.
Demikian lah Nur Hikmah, tumbuh, mekar dan berbuah dihati dan hari hari alumninya. Sebelum pulang kerumah Rere dan Fivi meminta doa kepada kami karena dua hari lagi akan kembali studi di Turki.
Menutup pintu, dan membuka lagi membuat kami kaget. Ternyata mereka masih sempat saja menegaskan dengan senyum, suatu saat kami akan kembali lagi dengan kisah yang lebih indah.
Mereka pulang dan kamipun berbegas kemasi peralatan kerja. Esok akan lebih indah….
Sukses terus Alumni Nur Hikmah….aamiin